Lebih dari seratus ribu jenis tanaman asli Indonesia
tersebar di kepulauan Nusantara. Dari jumlah tersebut, baru ditemukan sekitar
ratusan jenis tanaman berkhasiat obat. Berdasarkan hal itulah Ibu Tien Soeharto
memprakarsai untuk mengumpulkan, melestarikan, serta membudidayakan tanaman
yang memiliki khasiat obat tersebut. Gagasan itu diwujudkan dalam bentuk Taman
Apotek Hidup (TAH) yang secara resmi dibuka untuk umum pada tanggal 20 April
1984.
Taman seluas 6.000 m2 ini berada di jalur sebelah utara berdampingan dengan Taman Kaktus, menampilkan suasana sejuk dengan air terjun yang keluar dari bukit buatan, di bawahnya ada ruangan menyerupai gua digunakan untuk tempat pameran.
Taman ini memiliki koleksi sekitar 400 jenis tanaman obat asli Indonesia. Jumlah tersebut dibagi berdasarkan tiga kategori. Pertama, tanaman langka seperti kayu rapet (parameria barbata schum) dan kedawung (parkia biglobosa auct.); kedua, tanaman yang baru ditemukan dan masih diteliti khasiatnya, misalnya telosom (talinum paniculatum); dan ketiga, tanaman yang sudah dibudidayakan menjadi tanaman obat keluarga (Toga), misalnya kunyit, jahe, dan kumis kucing.
Selain sebagai tempat pelestarian tanaman obat, taman ini juga menjadi pusat pengetahuan dan penunjang pendidikan yang bermanfaat. Pengunjung dapat belajar mengenali bermacam jenis tanaman berkhasiat obat yang ditunjang laboratorium dan perpustakaan dengan ratusan buku referensi tentang tanaman obat dalam berbagai bahasa. Sementara di laboratorium tersedia beragam contoh hasil tanaman obat yang telah diawetkan (simplisia).
Di taman obat ini pengunjung dapat berwisata sambil menimba ilmu pengetahuan. Bibit tanaman obat dapat dibeli dengan harga relatif terjangkau untuk buah tangan. Pada kesempatan tertentu, pengunjung juga bisa menyaksikan atau mengikuti acara-acara yang berkaiatan dengan pengobatan herbal.
Taman seluas 6.000 m2 ini berada di jalur sebelah utara berdampingan dengan Taman Kaktus, menampilkan suasana sejuk dengan air terjun yang keluar dari bukit buatan, di bawahnya ada ruangan menyerupai gua digunakan untuk tempat pameran.
Taman ini memiliki koleksi sekitar 400 jenis tanaman obat asli Indonesia. Jumlah tersebut dibagi berdasarkan tiga kategori. Pertama, tanaman langka seperti kayu rapet (parameria barbata schum) dan kedawung (parkia biglobosa auct.); kedua, tanaman yang baru ditemukan dan masih diteliti khasiatnya, misalnya telosom (talinum paniculatum); dan ketiga, tanaman yang sudah dibudidayakan menjadi tanaman obat keluarga (Toga), misalnya kunyit, jahe, dan kumis kucing.
Selain sebagai tempat pelestarian tanaman obat, taman ini juga menjadi pusat pengetahuan dan penunjang pendidikan yang bermanfaat. Pengunjung dapat belajar mengenali bermacam jenis tanaman berkhasiat obat yang ditunjang laboratorium dan perpustakaan dengan ratusan buku referensi tentang tanaman obat dalam berbagai bahasa. Sementara di laboratorium tersedia beragam contoh hasil tanaman obat yang telah diawetkan (simplisia).
Di taman obat ini pengunjung dapat berwisata sambil menimba ilmu pengetahuan. Bibit tanaman obat dapat dibeli dengan harga relatif terjangkau untuk buah tangan. Pada kesempatan tertentu, pengunjung juga bisa menyaksikan atau mengikuti acara-acara yang berkaiatan dengan pengobatan herbal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar